1.Latar Belakang & Pengertian
Tarbiyah
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an
surat Al-Baqarah ayat 151 yang artinya, “ Sebagaimana (Kami telah
menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul di
antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan
mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al Hikmah (As Sunnah), serta mengajarkan
kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.” Berdasarkan ayat Al-Qur’an tersebut,
kita dapat mengerti bahwa Allah SWT menurunkan agama Islam kedunia melalui
utusan (yakni Rasulullah Muhammad SAW). Rasulullah SAW kemudian menyebarkan
Islam dengan mengajarkan Al-Qur’an dan As Sunnah kepada umatnya. Kita tentu
mengetahui, bahwa apa yang dilakukan oleh Rasulullah adalah suatu perjuangan
yang berat. Banyak pengorbanan, penderitaan, ujian dan rintangan lainnya yang
dialami oleh Rasulullah SAW dan umatnya disaat itu.
Hal tersebut saya ungkapkan diawal
karangan karena umat Islam sekarang ini (khususnya di Indonesia) banyak yang
melupakan hal demikian. Hal tersebut tercermin dengan banyaknya akhlak umat
Islam yang tidak sesuai dengan syariat agama Islam dan minimnya pemahaman yang
dalam terhadap agama Islam. Sungguh, suatu hal yang ironis dan menyedihkan bagi
kita umat Islam. Bagaimana tidak, agama Islam merupakan Rahmatan lil’Alamin.
Agama yang diridhai Allah SWT, universal, tinggi, sesuai dengan perubahan zaman
dan luhur. Namun bila melihat dalam realita, mengapa tidak sedikit umat Islam
yang masih berakhlak yang madzmumah dan berbuat maksiat. Dimanakah sebenarnya
letak kesalahan sehingga membuat hal tersebut dapat terjadi.
Bermula dari gejolak pikiran mengenai hal
demikian, saya berusaha mencari jawaban dan solusi yang tepat untuk
mengatasinya. Semua hal diatas yang terjadi sekarang ini, memiliki satu
kesamaan sebab yang mendasar, yakni kurangnya pemahaman yang mendalam terhadap
syariat agama Islam. Sekarang ini banyak umat Islam yang hanya memaknai agama
Islam secara superfisial dan sempit. Mereka hanya mengetahui bahwa agama Islam
hanya pada beberapa aspek saja dalam kehidupan. Padahal telah jelas, bahwa
agama Islam menyangkut seluruh aspek kehidupan. Oleh karenanya, diperlukan
solusi yang dapat meningkatkan pemahaman secara dalam terhadap agama Islam
untuk mengatasi problematika diatas. Solusi yang tepat dan sesuai dengan
problematika diatas adalah dengan proses Tarbiyah Islamiyah.
Tarbiayah
Islamiyah memiliki banyak pengertian dari beberapa pihak, beberapa pengertian
yang dapat diambil adalah secara bahasa, Tarbiyah berasal dari bahasa Arab yang
mengandung arti penjagaan, pengasuhan dan pendidikan. Sedangkan secara istilah Tarbiyah
Islamiyah adalah penjagaan, pengasuhan dan pendidikan berasaskan Al-Quran dan As-Sunnah
Rasulullah SAW (Ahmad Rimawan 2007). Tarbiyah Islamiyah adalah cara ideal dalam
berinteraksi dengan fitrah manusia, baik secara langsung melalui kata-kata
maupun tidak langsung dengan cara keteladanan yang sesuai dengan sistem dan
perangkatnya yang khas untuk memproses perubahan dalam diri manusia menuju
kondisi yang lebih baik (Ashar Jalante 2008). Kata Tarbiyah memiliki padanan
dalam bahasa Indonesia “pendidikan” atau “pembinaan”. Lengkapnya Tarbiyah
adalah proses menjadikan objek tarbiyah (manusia) semakin sempurna potensinya.
(Ummu Hanifah 2010).
2. Tujuan &
Pentingnya Tarbiyah
Tarbiyah Islamiyah yang dijalankan
mempunyai tujuan yakni mewujudkan kondisi yang kondusif bagi manusia untuk
dapat hidup di dunia secara lurus dan baik, serta hidup di akhirat dengan
naungan ridho dan rahmat Allah SWT. Selain demikian, penerapan Tarbiyah Islamiyah
secara benar juga membentuk pribadi muslim yang mempunyai karakteristik aqidah
yang lurus, ibadahnya benar, akhlak terpuji, fikiran yang kaya dengan ilmu,
tubuh yang kuat, mampu berusaha untuk mencari rizki, mampu mengendalikan hawa
nafsu, mau melakukan mujahadah pada dirinya, memiliki waktu dengan teratur,
urusan dan pekerjaannya ditata dan diatur dengan disiplin dan bermanfaat bagi
orang lain.
Secara garis besarnya Tarbiyah Islamiyah
merupakan proses penyiapan umat Islam yang shalih, agar terbentuk suatu
keseimbangan dalam potensi, tujuan, ucapan, ruhiah dan tindakannya secara
keseluruhan. Dengan demikian akan terwujud identitas sebagai umat Islam yang
sebenarnya dan tanpa direkayasa. Sehingga ungkapan agama Islam sebagai Rahmatan
Lil’Alamin akan dapat terwujud dan problematika yang terjadi sekarang ini dapat
diatasi dengan baik dan maksimal.
Hal yang tidak kalah pentingnya adalah adanya
Tarbiyah Islamiyah ini adalah untuk mengatasi
1. Sifat
Ghutsai (mudah dipermainkan)
Rasulullah SAW bersabda yang artinya, “ Akan
datang suatu masa di mana umat-umat lain akan memperebutkan kalian, sama
seperti anjing-anjing yang memperebutkan makanan” demikian rasul pernah
bersabda kepada para sahabatnya. Salah seorang sahabat bertanya, “Apakah karena
jumlah kita sedikit ketika itu? ” Rasulullah menjawab, “(Tidak) bahkan ketika
itu sangat banyak, tetapi kalian itu bagai buih yang mengapung di atas arus
air. Sungguh Allah akan mencabut dari dada musuh kalian rasa takut terhadap
kalian, dan sungguh Allah akan menanamkan wahn dalam hati kalian.” Salah
seorang bertanya, “Apakah wahn itu wahai Rasulullah ?” Rasululllah menjawb, “ Cinta
dunia dan takut mati. ”
Mengenai sifat Ghutsai ini, kaitannya
dengan kadar kecintaan dan pemahaman yang mendalam terhadap syariat Islam
begitu besar. Sebab yang pasti dan utama mengapa umat Islam dapat terkena sifat
ghutsai adalah lemahnya keimanan dan ketaqwaan juga sempitnya dalam memahami
syariat Islam. Dua pondasi dan dasar pembangun itulah yang sekarang ini rusak
dan lemah dikalangan umat Islam. Untuk dapat memperbaiki dan menjaga
konsistensi hal tersebut, maka umat Islam saat ini harus menerapkan Islam dalam
kehidupannya. Salah satu yang dapat mewujudkannya adalah dengan Tarbiyah
Islamiyah.
2.
Musuh-musuh Islam
Hal tersebut dijelaskan dengan Firman
Allah SWT didalam Al-Qur’an yang artinya : “ Sesungguhnya kamu dapati
orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman
ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati
yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah
orang-orang yang berkata: " Sesungguhnya kami ini orang Nasrani."
Yang demikian itu disebabkan karena diantara mereka itu (orang-orang Nasrani)
terdapat pendeta-pendeta dan rabib-rabib, (juga) karena sesungguhnya mereka
tidak menyombongkan diri. (Qs. 5:82)
Untuk dapat mengatasi musuh-musuh Islam
tersebut sangat dibutuhkan senjata dan pertahanan yang kuat. Sekarang ini,
musuh-musuh Islam tidak menghancurkan dan merusak Islam dengan melakukan
peperangan secara terbuka. Namun mereka menggunakan berbagai media dan sarana
yang lebih cepat dan efektif, sehingga dapat merusak umat Islam tanpa harus
melakukan peperangan terbuka. Oleh karenanya, sebagai umat Islam tentunya
menjadi kewajiban untuk selalu bersikap hati-hati dan waspada, senantiasa
mengikuti perubahan zaman tanpa harus terbawa dan mengevaluasi setiap sikap
yang diputuskan. Semuanya itu dapat terwujud bila didampingi dengan memahami
syariat Islam secara dalam dan memperkuat keimanan juga ketaqwaan. Berdasarkan
hal demikian, sekarang ini adanya Tarbiyah Islamiyah sangatlah diperlukan dan
dibutuhkan.
3. Aspek Tarbiyah
Tarbiyah Islamiyah memiliki pondasi
pembinaan demi mencapai tujuan yang telah diharapkan, yaitu tilawah
(membaca/dibacakan), tazkiyah (pembersihan diri) dan ta’limul kitab wal hikmah
(Al Quran dan Sunnah). Untuk sarana yang dibutuhkan, antara lain : mentoring,
liqo, halaqoh, mabit, rihlah, mukhayyam dan tatskif. Di antara beberapa sarana
tersebut, mentoring, liqo dan halaqoh merupakan sarana yang memiliki peran penting.
Hal tersebut karena beberapa alasan :
1. Sistem tersebut dapat memupuk sifat
kearifan dan kejelian, dengan langsung dibina oleh Murabbi. Sehingga setiap
kecenderungan dan perubahan yang terjadi segera bisa dipantau dan diarahkan ke
jalan yang sesuai. Sedang programnya bersumber dari Kitabullah dan As Sunnah dengan
jadwal yang sudah diatur.
2. Tarbiyah melalui sistem tersebut merupakan
‘tujuan yang terkandung dalam perangkat.’ Demikian itu karena penyiapan seorang
individu secara islami, pematangan mentalitas, pemikiran, aqidah dan perilaku
merupakan aktivitas yang memerlukan kesinambungan dan kontinuitas, sekaligus
menjadi tujuan abadi.
3. Sepanjang perjalanan Tarbiah, hanya
sistem tersebut yang mampu memantapkan proses penyiapan individu Islami secara
integral. Oleh karenanya sistem ini harus tetap berlanjut, meski daulah Islam
telah berdiri karena ia yang akan menjadi penyuplai kebutuhan pemerintahan akan
sumber daya manusia dengan proses yang baik.
Selain menggunakan sarana diatas, juga diperlukan
sarana pendukung lainnya, yaitu kajian. Kajian yang komprehensif akan mendorong
keberhasilan terealisasikannya terhadap sasaran Tarbiyah. Kajian yang
diterapkan meliputi seluruh segi yang memungkinkan menguatnya segala potensi
kebaikan. Secara garis besar ada empat kelompok kajian, yaitu : dasar-dasar
keislaman, pengembangan diri, dakwah dan pemikiran islam, serta sosial
kemasyarakatan.
Untuk lebih dapat memperkuat Tarbiyah
Islamiyah dalam diri umat Islam, ada 10 point utama yang harus dibangun untuk
setiap individu, yaitu :
1. Salimul aqidah, setiap individu
dituntut untuk memiliki kelurusan aqidah yang hanya dapat diperoleh melalui
pemahaman terhadap Al Quran dan As-Sunnah
2. Shahihul ibadah, setiap individu
dituntut untuk beribadah sesuai dengan petunjuk yang disyariatkan kepada
Rasulullah saw. Pada dasarnya, ibadah bukanlah ijtihad seseorang karena ibadah
itu tidak dapat diseimbangkan melalui penambahan, pengurangan atau penyesuaian
dengan kondisi kemjuan zaman.
3. Matinnul khuluq, setiap individu
dituntut untuk memiliki ketangguhan akhlaq/karakter sehingga mampu mengendalikan
hawa nafsu dan syahwat.
4. Qadirun ‘alal kasbi, setiap individu
dituntut untuk mampu menunjukkan potensi dan kretivitasnya dalam dunia kerja.
5. Mutsaqqaful fikri, setiap individu
dituntut untyuk memiliki keluasan wawasan. Artinya, dia harus mampu
memanfaatkan setiap kesempatan untuk mengembangkan wawasan.
6. Qawiyul jism, setiap individu
dituntut untuk memliki kekuatan fisik melalui sarana-sarana yang dipersiapkan
Islam.
7. Mujahidun li nafsi, setiap individu
dituntut untuk mengendalikan hawa nafsunya dan senatiasa mengokohkan diri di
atas hukum-hukum Allah melalui ibadah dan amal saleh. Artinya, ia dituntut
untuk berjihad melawan bujuk rayu setan yang menjerumuskan manusia pada
kejahatan dan kebatilan.
8. Munadzam fi syu’unihi, setiap
individu dituntut mampu mengatur segala urusannya sesuai dengan keteraturan
Islam. Pada dasarnya, setiap pekerjaan yang tidak teratur hanya akan berakhir
pada kegagalan.
9. Haritsun ‘ala waqtihi, setiap
individu dituntut untuk memelihara waktunya sehingga dia akan terhindar dari
kelalaian. Dengan begitu, diapun akan mampu menghargai waktu orang lain
sehingga dia tidak memberikan kesempatan kepada orang lain untuk melakukan
kesia-siaan, baik untuk kehidupan dunia maupun akhiratnya. Tampaknya, tepat
sekali apa yang dikatakan oleh ulama salaf bahwa waktu itu ibarat pedang. Jika
ia tidak ditebaskan dengan tepat, ia akan menebas diri kita sendiri.
10. Nafi’un li ghairihi, setiap individu
menjadikan dirinya bermanfaat bagi orang lain.
Dengan terbangunnya 10 point diatas
dalam diri umat Islam, akan membuat terwujudnya syariat Islam yang benar dan
dalam. Sehingga problematika yang terjadi dalam masyarakat sekarang ini akan
dapat terselesaikan dengan baik.
Daftar
Pustaka
Ashar
Jalante tanggal 30 Mei 2008
Ummu
Hanifah tanggal 21 April 2010
Takariawan,
Cahyadi. Ahmadi, Wahid. 2005. Keakhwatan IV: Tarbiyah Ruhiyah Menumbuhkan
Potensi Fitrah Memberdayakan Potensi Iman. Era Intermedia. Solo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar