Sabtu, 24 Maret 2012

Ahammiyatut Tarbiyah

1.Latar Belakang & Pengertian Tarbiyah
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 151 yang artinya, “ Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al Hikmah (As Sunnah), serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.” Berdasarkan ayat Al-Qur’an tersebut, kita dapat mengerti bahwa Allah SWT menurunkan agama Islam kedunia melalui utusan (yakni Rasulullah Muhammad SAW). Rasulullah SAW kemudian menyebarkan Islam dengan mengajarkan Al-Qur’an dan As Sunnah kepada umatnya. Kita tentu mengetahui, bahwa apa yang dilakukan oleh Rasulullah adalah suatu perjuangan yang berat. Banyak pengorbanan, penderitaan, ujian dan rintangan lainnya yang dialami oleh Rasulullah SAW dan umatnya disaat itu.
Hal tersebut saya ungkapkan diawal karangan karena umat Islam sekarang ini (khususnya di Indonesia) banyak yang melupakan hal demikian. Hal tersebut tercermin dengan banyaknya akhlak umat Islam yang tidak sesuai dengan syariat agama Islam dan minimnya pemahaman yang dalam terhadap agama Islam. Sungguh, suatu hal yang ironis dan menyedihkan bagi kita umat Islam. Bagaimana tidak, agama Islam merupakan Rahmatan lil’Alamin. Agama yang diridhai Allah SWT, universal, tinggi, sesuai dengan perubahan zaman dan luhur. Namun bila melihat dalam realita, mengapa tidak sedikit umat Islam yang masih berakhlak yang madzmumah dan berbuat maksiat. Dimanakah sebenarnya letak kesalahan sehingga membuat hal tersebut dapat terjadi.
  Bermula dari gejolak pikiran mengenai hal demikian, saya berusaha mencari jawaban dan solusi yang tepat untuk mengatasinya. Semua hal diatas yang terjadi sekarang ini, memiliki satu kesamaan sebab yang mendasar, yakni kurangnya pemahaman yang mendalam terhadap syariat agama Islam. Sekarang ini banyak umat Islam yang hanya memaknai agama Islam secara superfisial dan sempit. Mereka hanya mengetahui bahwa agama Islam hanya pada beberapa aspek saja dalam kehidupan. Padahal telah jelas, bahwa agama Islam menyangkut seluruh aspek kehidupan. Oleh karenanya, diperlukan solusi yang dapat meningkatkan pemahaman secara dalam terhadap agama Islam untuk mengatasi problematika diatas. Solusi yang tepat dan sesuai dengan problematika diatas adalah dengan proses Tarbiyah Islamiyah.
 Tarbiayah Islamiyah memiliki banyak pengertian dari beberapa pihak, beberapa pengertian yang dapat diambil adalah secara bahasa, Tarbiyah berasal dari bahasa Arab yang mengandung arti penjagaan, pengasuhan dan  pendidikan. Sedangkan secara istilah Tarbiyah Islamiyah adalah penjagaan, pengasuhan dan pendidikan berasaskan Al-Quran dan As-Sunnah Rasulullah SAW (Ahmad Rimawan 2007). Tarbiyah Islamiyah adalah cara ideal dalam berinteraksi dengan fitrah manusia, baik secara langsung melalui kata-kata maupun tidak langsung dengan cara keteladanan yang sesuai dengan sistem dan perangkatnya yang khas untuk memproses perubahan dalam diri manusia menuju kondisi yang lebih baik (Ashar Jalante 2008). Kata Tarbiyah memiliki padanan dalam bahasa Indonesia “pendidikan” atau “pembinaan”. Lengkapnya Tarbiyah adalah proses menjadikan objek tarbiyah (manusia) semakin sempurna potensinya. (Ummu Hanifah 2010).

2. Tujuan & Pentingnya Tarbiyah
Tarbiyah Islamiyah yang dijalankan mempunyai tujuan yakni mewujudkan kondisi yang kondusif bagi manusia untuk dapat hidup di dunia secara lurus dan baik, serta hidup di akhirat dengan naungan ridho dan rahmat Allah SWT. Selain demikian, penerapan Tarbiyah Islamiyah secara benar juga membentuk pribadi muslim yang mempunyai karakteristik aqidah yang lurus, ibadahnya benar, akhlak terpuji, fikiran yang kaya dengan ilmu, tubuh yang kuat, mampu berusaha untuk mencari rizki, mampu mengendalikan hawa nafsu, mau melakukan mujahadah pada dirinya, memiliki waktu dengan teratur, urusan dan pekerjaannya ditata dan diatur dengan disiplin dan bermanfaat bagi orang lain.
Secara garis besarnya Tarbiyah Islamiyah merupakan proses penyiapan umat Islam yang shalih, agar terbentuk suatu keseimbangan dalam potensi, tujuan, ucapan, ruhiah dan tindakannya secara keseluruhan. Dengan demikian akan terwujud identitas sebagai umat Islam yang sebenarnya dan tanpa direkayasa. Sehingga ungkapan agama Islam sebagai Rahmatan Lil’Alamin akan dapat terwujud dan problematika yang terjadi sekarang ini dapat diatasi dengan baik dan maksimal.
Hal yang tidak kalah pentingnya adalah adanya Tarbiyah Islamiyah ini adalah untuk mengatasi
1.    Sifat Ghutsai (mudah dipermainkan)
Rasulullah SAW bersabda yang artinya, “ Akan datang suatu masa di mana umat-umat lain akan memperebutkan kalian, sama seperti anjing-anjing yang memperebutkan makanan” demikian rasul pernah bersabda kepada para sahabatnya. Salah seorang sahabat bertanya, “Apakah karena jumlah kita sedikit ketika itu? ” Rasulullah menjawab, “(Tidak) bahkan ketika itu sangat banyak, tetapi kalian itu bagai buih yang mengapung di atas arus air. Sungguh Allah akan mencabut dari dada musuh kalian rasa takut terhadap kalian, dan sungguh Allah akan menanamkan wahn dalam hati kalian.” Salah seorang bertanya, “Apakah wahn itu wahai Rasulullah ?” Rasululllah menjawb, “ Cinta dunia dan takut mati. ”
Mengenai sifat Ghutsai ini, kaitannya dengan kadar kecintaan dan pemahaman yang mendalam terhadap syariat Islam begitu besar. Sebab yang pasti dan utama mengapa umat Islam dapat terkena sifat ghutsai adalah lemahnya keimanan dan ketaqwaan juga sempitnya dalam memahami syariat Islam. Dua pondasi dan dasar pembangun itulah yang sekarang ini rusak dan lemah dikalangan umat Islam. Untuk dapat memperbaiki dan menjaga konsistensi hal tersebut, maka umat Islam saat ini harus menerapkan Islam dalam kehidupannya. Salah satu yang dapat mewujudkannya adalah dengan Tarbiyah Islamiyah.

2. Musuh-musuh Islam
Hal tersebut dijelaskan dengan Firman Allah SWT didalam Al-Qur’an yang artinya : “ Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: " Sesungguhnya kami ini orang Nasrani." Yang demikian itu disebabkan karena diantara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rabib-rabib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri. (Qs. 5:82)
Untuk dapat mengatasi musuh-musuh Islam tersebut sangat dibutuhkan senjata dan pertahanan yang kuat. Sekarang ini, musuh-musuh Islam tidak menghancurkan dan merusak Islam dengan melakukan peperangan secara terbuka. Namun mereka menggunakan berbagai media dan sarana yang lebih cepat dan efektif, sehingga dapat merusak umat Islam tanpa harus melakukan peperangan terbuka. Oleh karenanya, sebagai umat Islam tentunya menjadi kewajiban untuk selalu bersikap hati-hati dan waspada, senantiasa mengikuti perubahan zaman tanpa harus terbawa dan mengevaluasi setiap sikap yang diputuskan. Semuanya itu dapat terwujud bila didampingi dengan memahami syariat Islam secara dalam dan memperkuat keimanan juga ketaqwaan. Berdasarkan hal demikian, sekarang ini adanya Tarbiyah Islamiyah sangatlah diperlukan dan dibutuhkan.

3. Aspek Tarbiyah
Tarbiyah Islamiyah memiliki pondasi pembinaan demi mencapai tujuan yang telah diharapkan, yaitu tilawah (membaca/dibacakan), tazkiyah (pembersihan diri) dan ta’limul kitab wal hikmah (Al Quran dan Sunnah). Untuk sarana yang dibutuhkan, antara lain : mentoring, liqo, halaqoh, mabit, rihlah, mukhayyam dan tatskif. Di antara beberapa sarana tersebut, mentoring, liqo dan halaqoh merupakan sarana yang memiliki peran penting. Hal tersebut karena beberapa alasan :
1. Sistem tersebut dapat memupuk sifat kearifan dan kejelian, dengan langsung dibina oleh Murabbi. Sehingga setiap kecenderungan dan perubahan yang terjadi segera bisa dipantau dan diarahkan ke jalan yang sesuai. Sedang programnya bersumber dari Kitabullah dan As Sunnah dengan jadwal yang sudah diatur.
2. Tarbiyah melalui sistem tersebut merupakan ‘tujuan yang terkandung dalam perangkat.’ Demikian itu karena penyiapan seorang individu secara islami, pematangan mentalitas, pemikiran, aqidah dan perilaku merupakan aktivitas yang memerlukan kesinambungan dan kontinuitas, sekaligus menjadi tujuan abadi.
3. Sepanjang perjalanan Tarbiah, hanya sistem tersebut yang mampu memantapkan proses penyiapan individu Islami secara integral. Oleh karenanya sistem ini harus tetap berlanjut, meski daulah Islam telah berdiri karena ia yang akan menjadi penyuplai kebutuhan pemerintahan akan sumber daya manusia dengan proses yang baik.
Selain menggunakan sarana diatas, juga diperlukan sarana pendukung lainnya, yaitu kajian. Kajian yang komprehensif akan mendorong keberhasilan terealisasikannya terhadap sasaran Tarbiyah. Kajian yang diterapkan meliputi seluruh segi yang memungkinkan menguatnya segala potensi kebaikan. Secara garis besar ada empat kelompok kajian, yaitu : dasar-dasar keislaman, pengembangan diri, dakwah dan pemikiran islam, serta sosial kemasyarakatan.
Untuk lebih dapat memperkuat Tarbiyah Islamiyah dalam diri umat Islam, ada 10 point utama yang harus dibangun untuk setiap individu, yaitu :
1. Salimul aqidah, setiap individu dituntut untuk memiliki kelurusan aqidah yang hanya dapat diperoleh melalui pemahaman terhadap Al Quran dan As-Sunnah
2. Shahihul ibadah, setiap individu dituntut untuk beribadah sesuai dengan petunjuk yang disyariatkan kepada Rasulullah saw. Pada dasarnya, ibadah bukanlah ijtihad seseorang karena ibadah itu tidak dapat diseimbangkan melalui penambahan, pengurangan atau penyesuaian dengan kondisi kemjuan zaman.
3. Matinnul khuluq, setiap individu dituntut untuk memiliki ketangguhan akhlaq/karakter sehingga mampu mengendalikan hawa nafsu dan syahwat.
4. Qadirun ‘alal kasbi, setiap individu dituntut untuk mampu menunjukkan potensi dan kretivitasnya dalam dunia kerja.
5. Mutsaqqaful fikri, setiap individu dituntut untyuk memiliki keluasan wawasan. Artinya, dia harus mampu memanfaatkan setiap kesempatan untuk mengembangkan wawasan.
6. Qawiyul jism, setiap individu dituntut untuk memliki kekuatan fisik melalui sarana-sarana yang dipersiapkan Islam.
7. Mujahidun li nafsi, setiap individu dituntut untuk mengendalikan hawa nafsunya dan senatiasa mengokohkan diri di atas hukum-hukum Allah melalui ibadah dan amal saleh. Artinya, ia dituntut untuk berjihad melawan bujuk rayu setan yang menjerumuskan manusia pada kejahatan dan kebatilan.
8. Munadzam fi syu’unihi, setiap individu dituntut mampu mengatur segala urusannya sesuai dengan keteraturan Islam. Pada dasarnya, setiap pekerjaan yang tidak teratur hanya akan berakhir pada kegagalan.
9. Haritsun ‘ala waqtihi, setiap individu dituntut untuk memelihara waktunya sehingga dia akan terhindar dari kelalaian. Dengan begitu, diapun akan mampu menghargai waktu orang lain sehingga dia tidak memberikan kesempatan kepada orang lain untuk melakukan kesia-siaan, baik untuk kehidupan dunia maupun akhiratnya. Tampaknya, tepat sekali apa yang dikatakan oleh ulama salaf bahwa waktu itu ibarat pedang. Jika ia tidak ditebaskan dengan tepat, ia akan menebas diri kita sendiri.
10. Nafi’un li ghairihi, setiap individu menjadikan dirinya bermanfaat bagi orang lain.
Dengan terbangunnya 10 point diatas dalam diri umat Islam, akan membuat terwujudnya syariat Islam yang benar dan dalam. Sehingga problematika yang terjadi dalam masyarakat sekarang ini akan dapat terselesaikan dengan baik.

Daftar Pustaka
Ahmad Rimawan tanggal 23 Februari 2007 (http://catatanhatta.multiply.com)
Ashar Jalante tanggal 30 Mei 2008
Ummu Hanifah tanggal 21 April 2010
Takariawan, Cahyadi. Ahmadi, Wahid. 2005. Keakhwatan IV: Tarbiyah Ruhiyah Menumbuhkan Potensi Fitrah Memberdayakan Potensi Iman. Era Intermedia. Solo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar